Monday, December 31, 2007

Resolusi Kelas Layangan


Sore kemarin saya sapa seorang kawan yang tampak 'online' di 'Yahoo Messenger'. Bla... bla... lalu ia sempat bertanya tentang apa resolusi saya di tahun baru. Sedikit kaget, banyak mendengar tentang resolusi tahun baru, baru kali ini ada yang langsung menanyakan. "Less works, more money" jawab saya. Betulkah?

Lambat saya sadari kemudian, sudah terlalu lama sejak terakhir kali saya memiliki keinginan untuk diteriakkan pada semesta ('the secret' huh? get a life!)

OK, mari buat resolusi. Keinginan kecil tapi besar yang belum tercapai, yang terlupakan terlalu lama. Satu hari dalam tahun 2008, saya akan pergi mengemudi ke Cisarua. Saya akan beli layang-layang itu. Layang-layang hias berekor yang digantung di tepi jalan jalur utama Bandung-Jakarta lama via puncak. Jangan tanya apakah akan saya terbangkan kemudian atau tidak, walaupun saya selalu membayangkan apa rasanya menarik ulur benang dengan layangan itu di ujungnya sana.

Pastinya kali ini tidak akan saya tukar kesempatan membeli layang-layang itu dengan bujukan membeli sesisir pisang susu beberapa kilometer berikutnya ke arah Jakarta. Sederhana? tidak buat saya. Tanpa terinspirasi Khaled Hosseini, tapi saya setuju dengan idenya bagaimana sebuah kerikil kecil hidup akan merubah banyak di kemudian hari. Perhaps it might fix all.

Too tired to live in 'shall' and 'must'.

Sunday, December 09, 2007

The Secret of Being Kere


Hidup sebagai orang kere di jaman penuh godaan hedonisme memang sungguh menyiksa. Ingin tapi tak mampu, begitu kira-kira sajak wajibnya. Berawal dari iseng di sebuah sudut pusat belanja di tengah kota, setelah pegal menguntit istri memanjakan selera busananya, saya memutuskan istirahat di hadapan sebuah gerai kecil penjaja arloji. Halusnya disebut arloji replika. Tepatnya arloji palsu. Saat itu memutuskan membeli satu.

Malamnya, browsing di internet membandingkan dengan yang asli. Baik bentuk maupun harga. Bentuk ada beda, beda harga yang lebih gila. Arloji palsu hanya 1% saja dari harga arloji aslinya yang seharga dua per tiga harga mobil yang hari ini saya dan keluarga tumpangi. Gila.

Sedikit-sedikit, iseng ini makin menjadi. Menjadi cukup enak dinikmati. Iseng, cukup browse di jagad web aneka rupa arloji asli. Ketika melihat model yang disukai, berburulah copy palsunya di berbagai sudut kota. Ada pula yang berburu di aneka gerai online. Atau sebaliknya, ketika melihat palsunya, segera dicari di web untuk aslinya, baru memutuskan membeli. Rata-rata harganya cukup sedang buat kantung. Pembantu rumah tangga di rumah bisa membeli satu atau dua kali sebulan dengan gajinya. Kira-kira seharga telefon genggam baru kelas bottom entry low level tanpa opsi kamera atau musik atau layar warna. Murah kan?

Setelah kira-kira satu tahun kurang setelah memulai, entah berapa belas rupa yang pernah saya beli. Beberapa ada yang ditaksir lalu dibeli kawan setelah dilebihi ongkos bensinnya. Beberapa ada yang dihadiahkan ke relasi untuk memperlancar penagihan. Selebihnya disimpan. Hari ini masih tersimpan lima buah.

Dari lima arloji tadi, hanya satu buah yang saya pakai. Arloji lainnya tidak pernah saya pakai, hanya iseng dinikmati dan dibayangkan bagaimana nikmatnya memiliki aslinya. Aplikasi dari buku 'The Secret' yang sedang 'in' itu. "Amplify your dream and universe will conspire to make it happen"

Saya ingin punya Tag Heuer Monaco Vintage asli. Saya ingin punya Omega Broad Arrow GMT asli. Saya ingin punya Officine Panerai Luminour Marina asli. Saya ingin Nissan Grand Livina XV-1.5 Stone Gray Metallic.

And... the universe will conspire to make it happen, or else... Rhonda Byrne is just another bull shit kind of writer.

Maaf kalau peletakan gambar dan teks muncul di layar anda secara tidak enak. Tidak bisa atur sesuai harapan; universe not yet conspire lah...

(update: Ada yang mengingatkan agar tidak endorse barang counterfeit, saya pikir benar juga. Saya hapus gambar-gambarnya. Ingat, jangan beli barang counterfeit kecuali anda memang kere tak mampu beli aslinya. Macam saya)