Prinsip Ekonomi 2
Jaman saya kuliah dulu, saya pernah ngobrol dan membuat 'statement' kepada sahabat saya, lupa entah Riko entah Sani, pokoknya salah satu dari trio SaBiRi dan pastinya bukan saya sendiri. Pernyataan saya adalah, "bersekolah itu cuma me'manage' pengetahuan yang sudah kita dapat dari berkehidupan". Mulai dari kalo olahraga keringatan, yang ternyata berfungsi mendinginkan tubuh sambil membuang laktat atau katak yang bisa berenang tapi juga bisa meloncat kencang di tanah lalu diklasifikasi sebagai kelas "amphibi" atau daya sembur ejakulasi yang ternyata berasal dari tekanan turgor prostat. Mungkin agak tidak tepat bagi ilmu-ilmu 'science' yang kental hitungan, kalau ini banyak yang betul-betul dapat dari sekolah.
Tentang ekonomi, transaksi perdagangan saya yang pertama kira-kira terjadi ketika saya berumur sepuluh atau sebelas tahunan, ketika itu sedang musim permainan robot-robotan, diantaranya ada yang dikenal dengan nama MR, saya lupa singkatan apa, tapi dibuat secara berseri MR-1, MR-2 dst. Buatan Jepang, tapi khas berupa robot yang dapat berubah menjadi bentuk lain, semisal mobil, lokomotif kereta api dan lain-lain. Waktu itu harganya cuma Rp. 2.500,- perbuah. Suatu hari saya pergi ke sebuah pertokoan di Bandung, lalu di sebuah counter mainan ada robot MR terbaru, kodenya MR-31, istimewanya, MR-31 ini belum ada di brosur produk seri MR yang ada dalam kotak apabila kita beli seri sebelumnya dari robot ini, brosurnya baru sampai MR-30. MR-31 ini berbentuk pesawat capung yang dapat dirubah jadi robot dengan membuka, melipat dan memutar beberapa bagian. Setelah beli tentu saja langsung pamer ke tetangga yang juga hobi, ketika ditanya beli dimana, entah karena alasan apa, mungkin takut tersaingi ada yang punya lagi, saya berbohong dengan menjawab bahwa robot ini dibelikan tanpa saya ikut. Malah si tetangga tadi berminat membelinya. Pasang harga Rp. 3.000,- eh... dibeli, ya sudah itulah profit saya yang pertama. Bertahun kemudian setelah biasa dagang stiker, kaos, jaket, pernik skateboards dan lain-lain, ketika SMA, di pelajaran ekonomi, sang guru memperkenalkan prinsip ekonomi paling dasar "BUY LOW, SELL HIGH". Basi!
Kemarin ini di pameran buku, saya membeli sebuah buku tentang prinsip penjualan, iseng saja karena ada diskon 25%. Saya agak terkaget-kaget ketika membaca di satu bagian dalam buku, bahwa selain "buy low, sell high" tadi, ternyata ada prinsip ekonomi dasar lain, yaitu "COLLECT EARLY, PAY LATE", dan menurut penulis buku tadi, prinsip ini juga setua prinsip "buy low, sell high". Heran, kenapa tidak pernah dengar dari dulu ya? tapi lagi-lagi basi juga. Prinsip ini ternyata sudah saya terapkan sejak lama, jauh sebelum mendengar prinsip ini.
Resmi atau formalnya, di usaha-usaha yang saya jalankan, saya juga mengenal bayar mundur atau 'kredit' istilah 'slank'nya, kalau di daily goods bisa kredit sampai 45 hari, sementara saya jualnya 'cash' atau untuk agen kredit 15 hari.
Agak kurang formal, jaman SMA, orang tua saya selalu memberi uang SPP tepat di awal bulan, biasanya mengisi dompet saya dulu beberapa lama, biar gaya, banyak duit di dompet. Kadang diputar dulu lewat arena judi QQ di bagian belakang kelas bila pelajaran membosankan dan gurunya lemah mental, tidak ada wibawa.
Paling tidak formal lagi kalau 'ngutang'. Namanya 'ngutang' pasti "butuh sekarang" atau "butuh hari ini", jadi judulnya "collect early". Pas bagian bayar, pasti jadi "Entar" atau "Besok" minimal "Tarsok" atau "akhir bulan ya...". That's my friend, we called them "pay late".
So buku tadi ternyata me'manage' pengalaman hidup juga. Menjelaskan kenapa saya dan ratusan atau mungkin ribuan orang lain lebih senang membayar tagihan telepon, listrik, dan PDAM tanggal 20 tiap bulannya, tanggal terakhir kesempatan bayar. Antrinya bisa berjam-jam. Buat anda yang membayar sendiri tagihan-tagihan di atas, tentu tahu bahwa dari awal bulan sampai tanggal 20 tersebut, bahkan tanggal 19nya, kantor-kantor kas tersebut masih sepi.
Herannya, kenapa prinsip ini tidak diajarkan di sekolah? bahkan di perguruan tinggi jurusan ekonomi? (atau mungkin saya tidak sempat mempelajarinya karena cuma kuliah ekonomi 2 tahun). Mungkin takut SPP dibayar terlambat. Takut dianggap munafik, 'ngajari' "pay late" tapi tidak memberi 'utang'an SPP.
Hikmah dari tahu prinsip tersebut adalah; sekarang saya mengerti mengapa susah sekali menagih hutang ke teman-teman yang 'ngutang', mungkin mereka sudah tahu duluan dan menerapkan prinsip "collect early, pay late".
So buat temanku yang masih punya hutang pada saya dan susah sekali menagihnya, saya ucapkan, "kamu memang punya prinsip!!"
4 Comments:
ak gak sengaja baca blog mu..lucu jg ya kita org ekonomi tp gak pernah diajarin prinsip eko dkmpus.Sbnarnya gara2 tu lah ak skrg lagi nyari bbrapa prinsip eko,coz tadi pagi dosenku nanya ttg tu.Malu jg sih dah smster gni tp kagak pernah dnger 10 prinsip eko,jrsan eko pula lngkap dah malunya..!!!Ok sukses ya ma prinsip eko nya n mudah2an tmen2mu cpet byar utangnya.BYE..
bye kiki... thanks sudah mampir... ini mbak atau mas? mudah2an mbak ya... udah kebanyakan mas yang komen :) salam kenal
Blognya lucu nih...ha2...diva jadi ke tawo... saking jawi menopo mas, salam kenal
Alo mas Abi! Aq suka bacany! Bikin buku aj! Skedar bwat hepi2an yg nulis dan yg baca! Q tunggu next postingny y! Oia, ajarinq desain grafis donk! Online apprenticing deh kalo boleh! Hehe..:-D salam kenal!
Post a Comment
<< Home