Iklan Arsitek
Satu lagi iklan menampilkan sosok arsitek, kalau dulu biasanya implisit lewat simbol-simbol yang berkait ke profesi arsitek. Di sebuah iklan kopi ada seorang yang pasti arsitek sedang memandangi dengan ekspresi memeriksa sebuah maket miniatur bangunan lalu datang seorang wanita bergaun merah seksi dan seterusnya. Ada lagi iklan rokok yang menggambarkan seorang tokoh bekerja menghadapi meja gambar yang terhampar gambar sebuah gedung di luar negeri kemudian teringat rumah dan ingin pulang. Lain lagi sebuah iklan obat panas dalam, digambarkan tokohnya membawa tabung gambar kemudian menghamparkan gambar bangunan lalu berekspresi nggak enak badan, tak lama datang kawannya yang terlihat homoseks bertanya "marah ya?"..."panas dalam ya?" dari arah belakang sambil menempelkan atau mungkin sambil menggesek-gesekan tubuhnya ke bagian belakang tokoh utama yang arsitek tadi. Lebih hebat lagi, iklan wajib belajar juga menggambarkan arsitek, seorang anak petani yang sepulang menggembala kemudian belajar walau hanya diterangi lilin, menjawab "aku ingin maju bu!" ketika ditanya mengapa ia tidak istirahat, adegan berikutnya, seorang arsitek yang tengah berjalan mengawasi belasan drafter atau mungkin arsitek muda, kemudian tersenyum ke arah kamera lalu mengatakan suatu monolog bahwa inilah hasil kerja kerasnya.
Terakhir ini iklan sebuah bank,penggambaran sosok arsitek cukup eksplisit digambarkan lewat dialog. Seorang anak kelihatannya umur 7-8 tahun sibuk mencoret-coret sesuatu di pasir, tampak si ayah melihat dari belakang sambil duduk di tangga, tersenyum-senyum, mungkin ekspresi bangga. "Ini Arif anak saya, calon arsitek" ujar ayah tadi sambil mengangkat anaknya dari kursi cukur di sebuah barber pada adegan berikutnya, dan terakhir tampak si anak sudah jadi arsitek muda sukses (tergambar dari apa yang dikenakan) berkata pada tokoh lain, "bila ingin tahu bagaimana cara membesarkan seorang arsitek, tanyakan pada ayah saya" sambil menepuk bahu ayahnya yang sudah tampak tua. Latar belakangnya sebuah bangunan bergaya minimalis kubisme. Lalu logo bank muncuk dengan jargon, maaf bila kurang tepat, "merencanakan masa depan somethinglah..." Walaupun sebetulnya iba juga melihat nasib si anak yang semenjak kecil oleh bapaknya sudah direncanakan jadi arsitek, tampaknya lumayan juga kalau bisa sukses. Walaupun kelihatannya lebih terkenal si Drs. Arif, idola Alm. Harry Roesli.
Apa memang demikian bayangan arsitek bagi para advertiser? atau arsiteklah profesi yang paling mudah di gambarkan lewat simbol-simbol meja gambar, maket, tabung kertas, atau malah homoseksualitas? atau pandangan saya terhadap profesi ini terlalu sinis karena melihat nasib para arsitek sewaktu krisis melanda Indonesia 1997an? Kalau dulu bisa tertawa kecut melihat iklan-iklan tersebut, sekarang mulai timbul keraguan, barangkali saja semua itu benar adanya. Isu bahwa media mendikte isi kepala ternyata benar, mungkin beginilah nasib baik para arsitek saat ini, ada gadis bergaun merah seksi siap melayani di kantor, kerja di luar negeri dengan kantor mewah, yang sedikit kurang beruntung mungkin bisa mendapati bokongnya tengah digosok-gosok oleh tubuh rekan sejenis dari belakang, asal tidak menoleh ke belakang barangkali lumayan juga rasanya.
Pada akhirnya saya sebagai lulusan arsitek terpanggil juga untuk buka rekening di bank si Arif, bukan karena ingin dibesarkan secara 'ngarsitek' tapi karena tukang meubel yang saya pake cuma punya rekening di bank si Arif ini. Biar gampang transfer gaji.
1 Comments:
saya mencari videonya ngk ketemu hehehe
Post a Comment
<< Home