IPDN : Pertanyaan
Dagelan ontran-ontran sistem amatiran tidak berkelas yang disebut "Pendidikan Indonesia" di Endonesa hari-hari ini sudah sangat lengkap. Entah apakah layar panggung dagelannya segera ditutup atau malah ada adegan epilog lebih konyol yang segera menyusul.
Tanpa mengurangi duka dan prihatin, matinya peserta didik di IPDN hanya bumbu penyedap.
Berbeda dengan pendidikan militer profesional yang memang menjadikan 'kematian' sebagai bagian yang tak terpisahkan, apakah tidak mengherankan - mengapa sebuah lembaga pendidikan sipil yang mampu membuat peserta didiknya mati ternyata tetap diminati ribuan atau mungkin puluhan ribu orang setiap tahun.
Se-putus asa ini kah puluhan ribu pemuda Endonesa yang tetap berangkat ke medan laga pendidikan yang menjanjikan lapangan kerja langsung walaupun resiko digebuki sampai mati mengancam mereka?
atau terlalu sedikitkah harapan dan peluang yang dapat dijanjikan oleh lembaga pendidikan lain?
atau siapapun yang merupakan penguasa birokrasi di atas sana sudah tidak mampu lagi menyusun janji-harapan bagi anak-anak bangsanya lewat pendidikan?
atau se-begitu habiskah kemampuan dan upaya banyak orang tua mendidik anak-anak mereka sehingga tetap mendorong anak-anak muda itu mengundi maut lewat pendidikan hanya sekedar atas nama 'kontrak kerja'?
Jadi untuk apa nama "Pendidikan Indonesia" itu bila tak mampu menjanjikan apapun? tak mampu membuat anak-anaknya punya harapan atau impian - selain hanya nilai-nilai kuantitatif tercetak pada ijazah yang kemudian di-fotokopi hanya sebagai lampiran mengais lapangan kerja yang makin tak lapang.
Bukan IPDN yang harus dibubarkan. Sistem pendidikan yang harus direvolusi!
Sekolah membodohi!
Tanpa mengurangi duka dan prihatin, matinya peserta didik di IPDN hanya bumbu penyedap.
Berbeda dengan pendidikan militer profesional yang memang menjadikan 'kematian' sebagai bagian yang tak terpisahkan, apakah tidak mengherankan - mengapa sebuah lembaga pendidikan sipil yang mampu membuat peserta didiknya mati ternyata tetap diminati ribuan atau mungkin puluhan ribu orang setiap tahun.
Se-putus asa ini kah puluhan ribu pemuda Endonesa yang tetap berangkat ke medan laga pendidikan yang menjanjikan lapangan kerja langsung walaupun resiko digebuki sampai mati mengancam mereka?
atau terlalu sedikitkah harapan dan peluang yang dapat dijanjikan oleh lembaga pendidikan lain?
atau siapapun yang merupakan penguasa birokrasi di atas sana sudah tidak mampu lagi menyusun janji-harapan bagi anak-anak bangsanya lewat pendidikan?
atau se-begitu habiskah kemampuan dan upaya banyak orang tua mendidik anak-anak mereka sehingga tetap mendorong anak-anak muda itu mengundi maut lewat pendidikan hanya sekedar atas nama 'kontrak kerja'?
Jadi untuk apa nama "Pendidikan Indonesia" itu bila tak mampu menjanjikan apapun? tak mampu membuat anak-anaknya punya harapan atau impian - selain hanya nilai-nilai kuantitatif tercetak pada ijazah yang kemudian di-fotokopi hanya sebagai lampiran mengais lapangan kerja yang makin tak lapang.
Bukan IPDN yang harus dibubarkan. Sistem pendidikan yang harus direvolusi!
Sekolah membodohi!
4 Comments:
kalo gak dibubarin sekarang, lain kali pasti kejadian lagi.
salam :)
Setuju. Sistem pendidikan Indonesia memang harus direvolusi. Bukannya menambah pintar, tapi sistem pendidikan kita malah membodohi rakyat!
Seharusnya para orang tua yang peduli akan sistem pendidikan Indonesia ramai2 memprotes pemerintah.
Salam.
Mencari uang (kerja) adalah urusan kita. Tugas pemerintah mestinya bukan memberikan pekrjaan. Tapi menegakkan hukum, membangun infrasruktur, supaya rakyatnya mudah mencari uang. Setiap orang juga bertanggung jawab "mengembangkan diri", "gain some expertise" jika fasilitas pendidikan yg disediakan pemerintah kurang mencukupi berusahalah sendiri. Jangan mengeluh. Teruslah berjuang!
@bebektoea(alot dong dagingnya? he3x becanda pak, maklum doyan bebek goreng): Betul, yang saya maksud seharusnya pendidikan bisa lebih banyak menghasilkan manusia bermartabat yang mampu berkembang dan gain expertise lalu tidak mengeluh dan terus berjuang (mungkin) macam anda. Bayangkan kalau pendidikan di negeri ini menghasilkan jutaan orang seperti di atas, tidak perlu hitungan tahun untuk makmur.
Contoh kecil, Ujian Nasional SMU atau malah rencananya di SD, belum2 sudah akan menghasilkan manusia2 yang tidak PD karena tidak lulus.
Salam kenal.
Post a Comment
<< Home