Saturday, March 03, 2007

Lapangan Parkir

Di luar sana dunia boleh kacau, tapi tidak di lapangan parkir depan pintu masuk garasi rumah saya. Aturannya jelas. Dilarang parkir di depan garasi!

Mulai dari supir angkutan bahan bangunan, supir artis terkenal, anggota band pengiring artis terkenal tadi, mahasiswa, pensiunan direksi perusahaan minyak asing dan tentunya tamu para tetangga pernah mengalami penegakan aturan tadi. Dari cara paling kasar sampai yang terhalus. Terhalus tentunya dialami oleh seorang perwira TNI berseragam lengkap. Tapi intinya, aturan ditegakkan.

Selain aturan parkir depan garasi, ada aturan lain yang saya ciptakan dan terapkan untuk lapangan parkir secara umum. Paling utama dilarang berisik. Paling sering menjadi target penegakan aturan adalah anak-anak dari kampung sekitar yang kekurangan lahan bermain. Mulai dari yang masih ingusan hingga yang berseragam SMU bahkan yang terlihat tua tapi masih bermain layangan. Semua saya usir. Seringnya masih saya tolerir kebisingannya mengingat mereka memang butuh lahan bermain, namun bila kemudian 'bahasa kalbu' mereka mulai muncul, misalnya untuk sekedar berpesan; "jangan jegal gua!" ketika bermain bola, akan terdengar; "...anjing lu ngejegal gua lu goblog! gua tendang lu anjing!..." dengan volume suara sekuat tenaga. Saya akan segera muncul di pintu garasi lalu berteriak keras, "...bubar!...bubar!... ada yang sakit! berisik!"

Tidak akan lama sampai akhirnya lapangan parkir kembali sepi dan hening. Satu-dua waktu ada anak yang mungkin terimbas semangat reformasi dan demokrasi sehingga sedikit mendebat, misalnya; "...emang lapangan punya situ?!". "Emang punya siapa? bapak kamu?! saya telpon polisi kalau tidak mau bubar!", tukas saya dan biasanya tidak pernah terdengar kalimat debat berikutnya.

Mereka akan selalu kembali muncul. Biasanya 10-15 menit di awal permainan, mereka akan tertib tidak terlalu berisik. Mungkin sadar resiko. Seiring emosi permainan yang meningkat, apapun itu, mulai dari kucing-kucingan, sepakbola hingga layangan, saling teriak akan terjadi. Begitu kalimat-kalimat 'sampah' terdengar, biasanya teriakan saya akan menjadi teriakan terakhir yang terdengar di lapangan parkir.

Suatu sore, ada teriakan-teriakan aneh di lapangan parkir yang terdengar sampai ke dalam rumah. Saya masih acuhkan hingga akhirnya membangunkan anak saya yang sedang tidur siang. Sedikit kesal saya muncul di pintu garasi. Ternyata sekelompok anak berseragam SMP sedang 'shooting'. Ada yang berperan sebagai aktor-aktrisnya, ada kameramennya, ada yang memegang scriptboardnya, dan tentunya ada yang menjadi sutradara yang teriakannya terdengar tadi. Entah apa ceritanya tapi teriakannya terdengar serius. Ada "action!" lalu "rol!" lalu "cut!" lalu entah kode teriak apa lagi. Kameranya juga terlihat 'beneran'.

Walaupun keberisikannya jauh lebih keras terdengar, saya putuskan untuk tidak membubarkan shooting tanpa ijin ini. Saya masuk dan menutup pintu garasi sambil berharap mudah-mudahan sang sutradara SMP bisa berkembang menjadi pembuat film Endonesa bermutu, tidak seperti Richard Buntario itu yang membuat saya bersumpah tidak akan lagi nonton film Endonesa di bioskop (semoga Tuhan mengampuni karya-karyanya dan menghukum mereka yang masih mendorongnya membuat film) atau minimal bisa membuat 'Bocah Ingusan' dengan sentuhan lebih.

Herannya walau terdengar berulang-ulang teriakan "action!" atau "cut!" tadi, anak saya yang umurnya belum genap 4 tahun, tidak menirukannya. Namun begitu pelayangan atau pesepakbola ingusan amatiran muncul dengan teriakan-teriakan khasnya, ia akan segera meniru.

"...goblog siah!"
"...anjing siah!"

dan padu-padannya

"...goblog siah anjing!"

lalu padu-padan dibaliknya

"...anjing siah goblog!"

4 Comments:

Blogger rudy-tim penyusun said...

huahahhahaaa......
lokal sekali... maxudnya... akrab sekali dengan kondisi gue [paling tidak ;-p].
anak gue baru faseh bilang 'enggak' bari geleng2x... dan dia giat sekali mempraktekkannya pada semua hal.
'makan, ya..?'
'nggak...'
'minta permennya, ya?'
'nggaaak..!'
'mandi, ya?'
'enggak...!!'
...............
'bola Bib, mana?'
'nggaakk!!' ..... hah??

5:14 PM  
Anonymous Anonymous said...

Emang nyebelin, tapi gimana lagi. Hidup bermasyarakat emang butuh seni.

7:04 PM  
Anonymous Anonymous said...

hahahaha bi bi bi
anak elu mah ngikut bapaknya
itu mah udah gen dari sononya
yg gw inget dari kata kata mutiara elu emang ...goblog..anjing...siah...
hehehehehehe

baca blog elu emang menghibur :p
emang ga bisa tambahin foto ye?


ardi lada

10:04 AM  
Anonymous Anonymous said...

he...he...he....
mestinya ini abi yang gw kenal dulu... gambaran tempat parkirnya kelihatan matching sama bayangan masa sma ketika gw maen ke daerah sangkuriang...

KodoK

nb: pa kabar bi???

9:25 AM  

Post a Comment

<< Home