Welcome Mr. Bush
"if you hate a person, you hate something in him that is part of yourself. What isn't part of ourselves doesn't disturb us" - Hermann Hesse, 1946 Nobel Prize Winner for Literature
Sadar tidak sadar, setengah abad terakhir di Indonesia sudah masuk agama baru. Tidak perlu diatur Peraturan Pemerintah, tidak perlu disebarkan dengan kekerasan atau penjajahan, tidak perlu disebarkan dengan bagi-bagi uang, serta yang terbaik, tidak perlu disebarkan dengan simbol-simbol dan dogma-dogma yang sulit dicerna. Mungkin sedikit perlu biaya. Nama agamanya "Amerika".
Kalau agama lain masing-masing cuma punya satu nabi pembawa pesan, agama ini punya banyak nabi. Bill Gates, Michael Jackson, Michael Jordan, Lee Iacoca, Alan Greenspan, John Naisbith, Bruce Willis, Hugh Hefner, Joey Silvera adalah beberapa di antaranya. Bahkan tidak perlu nyata, seperti Donal Bebek, Kermit dan tentunya sang Marlboro Man. Kitab sucinya hanya beberapa lembar mulai denominasi 1 hingga 100 dolar dengan ayat religiusnya yang terpercaya 'In God We Trust'. Entah berapa ratus juta penganut agama ini di negeri kita tercinta, walau KTP bertulis lain, siapa yang tahu kemana ikrar hati? Negeri ini paling subur ditumbuhi 'pepaya berdaun sirih'.
Paling khas, kalau agama lainnya menganggap kebencian, iri dan dengki (sirik, yang pertanda tak mampu) adalah penyakit hati, agama ini sebaliknya. Kebencian, iri dan dengki adalah energi. Kebencian, keirian dan kedengkian orang lain bagi kita adalah potensi. Pernah merasakan dibenci, di-iri-i dan didengki-i oleh orang lain? it was fun. Bahkan dengan sedikit saja senyuman, para pembenci, peng-iri dan pendengki sudah bakalan pontang-panting membuang energi pikiran dan emosi hanya untuk merusak diri mereka sendiri. Sangat menyenangkan melihat mereka melakukan hal-hal bodoh.
Dalam beberapa waktu, Imam mereka Mr. Bush, akan datang ke negeri kita. Ia akan sekali lagi membuktikan bagaimana memanfaatkan kebencian, ke-iri-an dan kedengkian menjadi energi bahkan profit ekonomi. Bayangkan senyum lembutnya sambil melambaikan tangan dengan penuh kepercayaan diri di televisi akan segera membakar hati sekian banyak pembenci. Sekian banyak orang akan buta rasionalitasnya oleh kebencian lalu lupa akan apa yang seharusnya dibenci.
Satu contoh, cukup dengan melempar satu saja komoditas 'syiar'nya, "Playboy", entah berapa banyak energi yang terkuras untuk mengumbar kebencian. Kebencian inilah yang dimanfaatkan dengan baik untuk membutakan rasio. Profitnya untuk mereka? Kita lupa Blok Cepu dan Sekularisme dengan tujuan liberalisasi atas nama demokrasi di Aceh yang kaya sumber energi. Belum lagi "Playboy" yang ternyata tetap laris manis dan tentunya (lagi-lagi) profit.
Saya sendiri pernah mengamalkan ajaran agama 'Amerika' ini, lalu mengambil keuntungan darinya. Kebencian. Pada satu bidang wirausaha, saya mencoba menerapkan nilai-nilai yang rasanya sesuai dengan agama-agama lain seperti keadilan, kerukunan, kesejahteraan bersama, kesetaraan dan lain-lain. Hasilnya? para karyawan dengan rukun dan kompaknya menggerogoti ladang kerjanya sendiri lalu saling setia dan setara untuk saling menutupi kesalahan. Ketika kebencian diterapkan dengan adu domba dan ke-tidak adil-an, hasilnya luar biasa, tidak ada lagi penggerogotan, bahkan antar karyawan saling mengadukan keburukan masing-masing sehingga sangat mudah dipantau untuk kemudian efisiensi profit meningkat pesat.
Inikah perlakuan yang memang ternyata pantas dan tepat buat bangsa kita?
Bila kita membenci atau minimal tidak ingin terkonsumsi oleh 'Amerika', sebaiknya tidak menguras energi dan pikiran untuk mengekspresikan kebencian itu. Ini yang mereka inginkan. Entah profit apa yang dikejar Imam Bush kali ini di tengah kebencian atas nama agama, atas nama sentimen kebangsaan, atas nama helipad, atas nama teratai Brazil yang beterbangan dari kolamnya dan pohon tua yang hampir rubuh di Kebun Raya, atau atas nama kemacetan akibat blokir jalan di kota Bogor. Kebencian ini sudah mulai banyak mengkonsumsi energi.
Seharusnya lagi, mari kita membenci dengan cara yang aneh dan tidak tertebak, mari kita elu-elukan kedatangan Imam Bush. Buka tangan lebar-lebar untuk memeluk sembari mencari titik terempuk untuk kita tikam. Paling mudah, acuhkan saja kedatangannya. Bush...? who...?
Ingat Imam Bush! Camkan pesan ini! Dengarkan baik-baik selama anda berkunjung ke Indonesia : Selamat datang mean welcome... Apa kabar mean how are youuu.....
Penyanyi yang aneh.
Sadar tidak sadar, setengah abad terakhir di Indonesia sudah masuk agama baru. Tidak perlu diatur Peraturan Pemerintah, tidak perlu disebarkan dengan kekerasan atau penjajahan, tidak perlu disebarkan dengan bagi-bagi uang, serta yang terbaik, tidak perlu disebarkan dengan simbol-simbol dan dogma-dogma yang sulit dicerna. Mungkin sedikit perlu biaya. Nama agamanya "Amerika".
Kalau agama lain masing-masing cuma punya satu nabi pembawa pesan, agama ini punya banyak nabi. Bill Gates, Michael Jackson, Michael Jordan, Lee Iacoca, Alan Greenspan, John Naisbith, Bruce Willis, Hugh Hefner, Joey Silvera adalah beberapa di antaranya. Bahkan tidak perlu nyata, seperti Donal Bebek, Kermit dan tentunya sang Marlboro Man. Kitab sucinya hanya beberapa lembar mulai denominasi 1 hingga 100 dolar dengan ayat religiusnya yang terpercaya 'In God We Trust'. Entah berapa ratus juta penganut agama ini di negeri kita tercinta, walau KTP bertulis lain, siapa yang tahu kemana ikrar hati? Negeri ini paling subur ditumbuhi 'pepaya berdaun sirih'.
Paling khas, kalau agama lainnya menganggap kebencian, iri dan dengki (sirik, yang pertanda tak mampu) adalah penyakit hati, agama ini sebaliknya. Kebencian, iri dan dengki adalah energi. Kebencian, keirian dan kedengkian orang lain bagi kita adalah potensi. Pernah merasakan dibenci, di-iri-i dan didengki-i oleh orang lain? it was fun. Bahkan dengan sedikit saja senyuman, para pembenci, peng-iri dan pendengki sudah bakalan pontang-panting membuang energi pikiran dan emosi hanya untuk merusak diri mereka sendiri. Sangat menyenangkan melihat mereka melakukan hal-hal bodoh.
Dalam beberapa waktu, Imam mereka Mr. Bush, akan datang ke negeri kita. Ia akan sekali lagi membuktikan bagaimana memanfaatkan kebencian, ke-iri-an dan kedengkian menjadi energi bahkan profit ekonomi. Bayangkan senyum lembutnya sambil melambaikan tangan dengan penuh kepercayaan diri di televisi akan segera membakar hati sekian banyak pembenci. Sekian banyak orang akan buta rasionalitasnya oleh kebencian lalu lupa akan apa yang seharusnya dibenci.
Satu contoh, cukup dengan melempar satu saja komoditas 'syiar'nya, "Playboy", entah berapa banyak energi yang terkuras untuk mengumbar kebencian. Kebencian inilah yang dimanfaatkan dengan baik untuk membutakan rasio. Profitnya untuk mereka? Kita lupa Blok Cepu dan Sekularisme dengan tujuan liberalisasi atas nama demokrasi di Aceh yang kaya sumber energi. Belum lagi "Playboy" yang ternyata tetap laris manis dan tentunya (lagi-lagi) profit.
Saya sendiri pernah mengamalkan ajaran agama 'Amerika' ini, lalu mengambil keuntungan darinya. Kebencian. Pada satu bidang wirausaha, saya mencoba menerapkan nilai-nilai yang rasanya sesuai dengan agama-agama lain seperti keadilan, kerukunan, kesejahteraan bersama, kesetaraan dan lain-lain. Hasilnya? para karyawan dengan rukun dan kompaknya menggerogoti ladang kerjanya sendiri lalu saling setia dan setara untuk saling menutupi kesalahan. Ketika kebencian diterapkan dengan adu domba dan ke-tidak adil-an, hasilnya luar biasa, tidak ada lagi penggerogotan, bahkan antar karyawan saling mengadukan keburukan masing-masing sehingga sangat mudah dipantau untuk kemudian efisiensi profit meningkat pesat.
Inikah perlakuan yang memang ternyata pantas dan tepat buat bangsa kita?
Bila kita membenci atau minimal tidak ingin terkonsumsi oleh 'Amerika', sebaiknya tidak menguras energi dan pikiran untuk mengekspresikan kebencian itu. Ini yang mereka inginkan. Entah profit apa yang dikejar Imam Bush kali ini di tengah kebencian atas nama agama, atas nama sentimen kebangsaan, atas nama helipad, atas nama teratai Brazil yang beterbangan dari kolamnya dan pohon tua yang hampir rubuh di Kebun Raya, atau atas nama kemacetan akibat blokir jalan di kota Bogor. Kebencian ini sudah mulai banyak mengkonsumsi energi.
Seharusnya lagi, mari kita membenci dengan cara yang aneh dan tidak tertebak, mari kita elu-elukan kedatangan Imam Bush. Buka tangan lebar-lebar untuk memeluk sembari mencari titik terempuk untuk kita tikam. Paling mudah, acuhkan saja kedatangannya. Bush...? who...?
Ingat Imam Bush! Camkan pesan ini! Dengarkan baik-baik selama anda berkunjung ke Indonesia : Selamat datang mean welcome... Apa kabar mean how are youuu.....
Penyanyi yang aneh.
1 Comments:
This comment has been removed by a blog administrator.
Post a Comment
<< Home