Sunday, December 03, 2006

Lupa

Kiamat!! Setelah dua-tiga hari lalu nonton film lama (lagi-lagi) di TV yang mengingatkan satu momen penting dalam hidup yaitu; 'Cinta SMA', saya lupa akan satu hal terpenting dalam momen itu, berusaha mengingat-ingat tapi tetap saja 'file' memori yang satu ini tidak 'nimbul'.

Cinta SMA saya lumayan unik, tidak sembarangan macam cinta 'monyet'. Kalau boleh digolongkan, mungkin termasuk ke dalam istilah "struck by love" atau "punched drunk love". Suatu hari sewaktu saya masih duduk di kelas dua SMA, mendadak di sebuah jam pelajaran, sang guru memberikan tugas atau mungkin ulangan, saya tidak ingat benar. Waktu itu mungkin saya tidak siap atau tidak paham benar materi pelajaran dan karenanya saya segera 'celingukan' mencari selamat. Kemungkinan lagi, waktu itu kawan semeja saya (rasanya pasti si Ashar, he's on my 'friendster' page) sedang tidak siap juga dan karenanya kami segera berpencar mencari selamat. Then there was this girl, ia tengah duduk sendiri di bangkunya. Kawan semejanya entah kenapa absen hari itu. Segera saya pindah ke mejanya dengan pemikiran bahwa perempuan cenderung lebih siap dengan materi pelajaran. Sewaktu pindah, karena tergesa, tidak sengaja saya tendang kaki mejanya yang menyebabkan gadis itu, yang tengah menulis, terhenti sejenak kemudian mengangkat bolpennya dari atas kertas. Tanpa menoleh, ia melanjutkan menulis. Saya lupa apakah waktu itu sempat meminta maaf untuk tendangan ke kaki meja yang pertama, yang pasti dia ijinkan saya untuk mencontek apapun yang ditulisnya waktu itu. Tak lama kemudian, mungkin ketika menyesuaikan posisi kaki ke balok penopang kaki di bawah meja, kembali tanpa sengaja saya menendang kaki meja. Kali ini selain mengangkat bolpennya sejenak dari atas kertas, saya sempat mendengar satu decakan tanda kesal. Kali kedua itu, saya ingat bahwa saya meminta maaf, "sori!". Tidak ada respon dan ia lanjutkan menulisnya.

Tak lama, mungkin hanya beberapa belas detik kemudian, ketika saya tengah serius menulis, mendadak meja bergoyang keras. Saya berhenti menulis lalu menoleh ke samping, ke arah gadis itu. Mengapa saya menoleh waktu itu mungkin karena akan mengatakan padanya bahwa bukan saya kali ini yang menyebabkan meja bergoyang. Kemungkinan lain, waktu itu saya khawatir dia akan lebih kesal lagi karena menyangka saya kembali menendang kaki meja. Ketika saya menoleh ke arahnya, ia tengah melihat ke arah wajah saya sambil sedikit tersenyum. Agak heran sejenak lalu tersadar, saya kemudian bertanya, "kamu teh ngebales?!". Ia melebarkan senyumnya tanpa menjawab, meninggalkan saya dari pandangannya, lalu menulis lagi. That was it, the moment of 'Ctrl-Alt & Del'.

Saya tidak ingat apa yang terjadi kemudian di hari itu. Pastinya, di hari-hari berikutnya, gadis itu menjadi 'screen saver' tiap kali pikiran melayang-layang. 'Theme song'nya; "You come to my senses" dari 'Chicago' album 'twenty one'. "...You come to my senses.. everytime i close my eyes.." Jika sebelumnya bagi saya hanya termasuk kriteria 'sedikit di atas rata-rata', setelah momen tadi gadis itu adalah 'the most beautiful creature in the universe'. Semua yang diciptakan menjadi bagian tubuhnya, menjadi sesuatu yang istimewa. Saya betah berlama-lama memperhatikan rambut sebahu-lebih-nya ketika kebetulan (sebetulnya lebih sering diusahakan) duduk di belakangnya. Melihat matanya apalagi. Pokoknya seingat saya, semua mendadak sempurna. Terkonyol adalah bagaimana kemudian saya selalu gugup bila kebetulan (lagi-lagi sebetulnya lebih sering diusahakan) berbicara dengannya.

Cerita berakhir tidak 'happy ending' buat saya. Walaupun diperkenankan beberapa kali datang melakukan 'kunjungan musibah' di malam minggu, saya tidak pernah berakhir memacarinya. Katakan saja bahwa kami tidak sesuai untuk satu sama lain. Lebih tepatnya saya untuk dia, alias ditolak!

Ketika lama kemudian saya telah menggolongkan cerita di atas sebagai kisah indah dalam memori, ternyata hari ini, sejak beberapa hari lalu nonton film lama yang mengingatkan tentang cerita tadi, saya tidak dapat mengingat satu detail penting. Saya lupa wajah gadis itu! Kiamat!!

Tentang lupa, sebuah majalah saku lama pernah mengutip hasil penelitian sekelompok ilmuwan di luar negeri, mereka melakukan sebuah riset tentang bagaimana manusia mengalami 'lupa'.

Risetnya kira-kira begini, siapkan secarik kertas dan alat tulis. Baca sambil hafalkan dua puluh kata di bawah ini selama dua sampai tiga menit :

| Manis | Kanker | Tertawa | Sehat | Kecelakaan | Mati | Perayaan | Perampok | Embun | Danau | Gelap | Gembira | Terbang | Hantu | Menang | Hutang | Jatuh | Balita | Busuk | Panas |

Setelah itu alihkan pandangan, ingatkan lalu tuliskan kembali sebanyak mungkin dari semua kata tadi pada kertas yang telah disiapkan.

Menurut majalah tadi, para peserta riset kebanyakan hanya dapat mengingat rata-rata sepuluh sampai dua belas kata dan ternyata sebagian besar yang mampu diingat dan ditulis kembali adalah kata-kata dengan makna 'menyenangkan' seperti "Tertawa" atau "Gembira" atau "Perayaan". Kata-kata dengan makna 'tidak menyenangkan' seperti "Mati" atau "Kanker" atau "Hantu" cenderung tidak tertulis kembali. Kesimpulannya, secara bawah sadar, manusia lebih ingin mengingat hal-hal menyenangkan dan tentunya melupakan hal-hal yang tidak menyenangkan.

Ini menjelaskan banyak hal. Misalnya mengapa pemerintah kita kali ini lebih senang bagi-bagi uang tunai dalam bentuk BLT (Bantuan Tunai Langsung) daripada memodali lapangan kerja. Setiap (lagi-lagi) TV menampilkan acara 'bagi-bagi duit' ala pemerintah tadi, yang tampak berbaris tidak pernah tidak, selalu berupa parade orang-orang yang kurang nikmat dipandang berlama-lama. Yang memutuskan 'bagi-bagi duit' mungkin menganggap orang-orang miskin tidak lebih dari pengamen parau atau pengemis jelek di perempatan jalan raya yang diberi satu atau dua keping uang logam bukan dengan maksud ingin menolong, namun sekedar supaya mereka segera enyah dari jendela kaca mobil yang nyaman lagi sejuk. At least dengan Rp. 300.000,- di tangan, parade unjuk rasa orang yang kurang sedap dipandang untuk muncul di luar pagar halaman kantor pemerintahan atau parlemen menjadi lebih kecil kemungkinannya. Sukur-sukur di pemilihan langsung empat tahun ke depan, mereka bisa sukarela memilih sang pembagi uang (negara).

Atau mengapa akhir-akhir ini begitu banyak pemukiman kumuh yang jelas-jelas tidak sedap pula dipandang, ingin di'lupa'kan dengan cara digusur habis. Tentu saja dapat dimengerti, bagaimana bisa melupakan sesuatu yang setiap hari masih terlihat. Dihilangkan dulu dari (situasi, kondisi dan toleransi) pandangan serta jangkauan, baru kemudian dilupakan. Kelihatannya bagi pengambil keputusan, jelas lebih nikmat untuk duduk di mobil yang nyaman lagi nikmat dengan pemandangan mal-mal megah atau apartemen cantik menjulang dibandingkan gubuk-gubuk kumuh di sepanjang perjalanan dari rumah ke kantor mereka.

Atau lagi, jangan heran mengapa begitu banyak orang yang (lagi-lagi) kurang sedap dipandang berbondong datang ke gedung-gedung parlemen untuk menagih janji-janji wakilnya yang dulu diucapkan di hadapan mereka semasa kampanye. Jelas saja tidak dipenuhi janji-janji itu, 'wong' yang duduk di parlemen tadi sudah lupa akan janjinya. Kenapa lupa? ingat lagi masa-masa kampanye. (lagi-lagi) Di TV, yang tampak pasti sebuah panggung berisi oleh orang-orang 'indah' bersenyum sangat manis sedang mengobral janji di hadapan orang-orang yang kurang sedap dipandang di bawahnya, terlebih lagi dalam keadaan berdesakan dengan bau keringat dari panasnya kaus kampanye berbahan 'PE' atau 'Hyget' dengan harga hanya seperduapuluh dari anggaran satu kali makan siang wakil mereka di parlemen.

Jelas sekali pihak mana yang akan 'ingat' dan pihak mana yang kelak 'lupa' di kemudian hari. Mereka yang tidak sedap dipandang akan selalu mengingat indahnya janji-janji serta betapa manisnya senyum mereka yang di atas panggung. Bila beruntung, tak jarang mendapat pemandangan celana dalam di balik rok mini penyanyi dangdut yang bergoyang meramaikan suasana panggung. Sementara bagi mereka di atas panggung, pemandangan tidak sedap dari kerumunan penonton kampanye menjadi sesuatu yang ingin segera dilupakan. Tidak heran bila kemudian setelah terpilih dan duduk di dalam gedung parlemen yang nyaman lagi sejuk, lalu sekelompok orang yang tidak sedap dipandang datang menagih janji, mereka cuma saling menatap dengan sesama orang 'terpilih' dari balik jendela ruangan yang nyaman lagi sejuk itu lalu mengangkat bahu dan bertanya-tanya, "Mereka itu siapa?", "Saya janji apa sama mereka?", "kok saya LUPA?"

Contoh paling jelas lagi, sulit sekali menagih hutang pada kenalan. Malah karena terlalu lupanya, mereka lupa menjawab telepon atau me'reply' SMS. Lebih parah lagi lupanya, sampai-sampai lupa pernah kenal dengan sang pemberi hutang. Hutang, terutama pada bagian ditagihnya, mungkin menjadi hal yang paling 'tidak menyenangkan' dibandingkan makna 'sakit', 'mati', dan 'hantu' sekalipun atau bahkan 'neraka' sekalian.

Andaikata hari ini saya adalah seorang pencipta lagu yang masih bujangan, pasti sudah tercipta lagu yang lebih syahdu dari "Take a look at me now / Against all odds" oleh Phil Collins. "...There's nothing left in me to remind, just a memory of your face...". Pasti lebih sendu menceritakan tokoh yang sampai-sampai tidak punya memori tentang wajah gadis yang diidamkan.

Realitanya, saya berpikir sangat positif. Mengapa saya tidak dapat mengingat wajah gadis idaman saya semasa SMA itu bukan karena cerita tentang dia adalah hal 'tidak menyenangkan' yang secara bawah sadar patut dilupakan. Tetap menjadi cerita 'menyenangkan', hanya saja terkubur oleh banyak cerita lain yang jauh lebih 'menyenangkan' yang saya alami kemudian. Terlebih tahun-tahun belakangan ini dengan kedua anak-anak yang begitu indah untuk dirasakan dengan semua indera serta istri yang sangat mencintai mereka.

2 Comments:

Anonymous Anonymous said...

hahaha...
Iya... cukup psikoanalisis sih hehehe... trauma di tolak emang bisa bikin kita lupa bagian lain yang menyenangkan tapi masih berasosiasi dengan bagian yang ga menyenangkannya. :-)

2:43 AM  
Anonymous Anonymous said...

Kok loe bisa lupa mukanya Bi? gw ngga yakin... gw aja inget jelas kok.... walaupun gw ngga dibikin ctr,alt+del ama dia ;-)
kaya'nya yang tersurat bukan yang tersirat...

Nulis terus ya 'Bi.... tulisan loe bagus, tajam dan rada ngga bisa dipercaya... hebat deh pokoknya

Archa -
males gw sign in, ngga pa-pa ya.

6:38 AM  

Post a Comment

<< Home