Monday, December 18, 2006

OHITAS

Disampaikan tanpa mengecilkan siapapun.

OHITAS, Orang HIdup Tanpa berAS. Tidak ada simbol pita merah (red ribbons) buat mereka, tidak ada videoklip massal artis buat mereka, dan tidak ada statistik tiap berapa detik pertambahan mereka di negeri kemplu tapi tercinta ini.

Sementara geleng-geleng kepala lihat anunya YZ yang antara ada dan tiada, manggut-manggut lihat poligamet Aa G atas nama pertolongan, decak-decak lihat AR tewas di hotel, dan tentunya selangkangan kaku lihat payudara dan selangkangan ME, kita jadi lupa ada hal penting gak penting, gawat gak gawat di dekat kita.

Beras yang minggu lalu sekilo cuma rupiah 4000an, sekarang mendadak naik ke rupiah 5500an, mungkin tidak problem buat anda yang baru bingung kalau pertamax dan pertamax plus untuk mengisi mobil muda anda kembali naik ke rupiah 6000an atau mungkin baru bingung kalau bandrol rokok yang anda hisap naik 30% tahun depan. Saya juga biasanya tidak bingung atau sok sosialis, saya penganut faham kapitalis 'no pain no gain' dan 'no sweat no meat'.

Yang membuat heran adalah bagaimana 'wong lali kang begja' di atas sana bukannya cepat menolong OHITAS tapi malah silih tuding mencari kambing hitam. "Februari harga beras akan kembali normal..." katanya. Lha kalo mati kelaparannya tanggal 24 atau 25 Januari bagaimana? Beras OP (Ono Pasire) dijual rupiah 4500 - tetap mahal, sepi pembeli atau malah diborong orang untuk dijual lagi. Terus yang OHITAS tadi bagaimana dapat berasnya? tindakan kok tidak kena sasaran.

Akibat yang cukup terasa, nasi goreng Tegal di prapatan dekat rumah naik jadi rupiah 6000 sepiring dari rupiah 5000. Itupun dari nasi yang agak kuning. "...gak apa mas, banyakin kecap nggak terasa bedanya" kalau ditanya kualitasnya. Kalo kecapnya ikut naik bagaimana? mungkin jawabnya "banyakin minyak goreng". Kalo minyaknya ya ikut naik? "banyakin berdoa". Pasti di rumah juga sudah terimbas susah kalo semuanya naik.

Sesuai saran presiden SBY gadungan di sebuah acara TV (yang sekertaris wapresnya makin cantik aja), mari kita bentuk yayasan peduli OHITAS simbolnya karung beras ukuran 25 kilo dipotong jadi rompi. Agenda pertamanya menyerukan mogok makan. Supaya demand turun dan supply lebih, jadi harga bisa turun. Semboyannya 'Horas Bah!'-"Habis Beras Makan Gabah!"

Boleh tidak ya kurban wedus diganti beras saja? lagian mana enak gule wedus dimakan dengan tiwul atau malah digadon mentah oleh mereka yang berhak wong minyak tanah juga susah. Lebih enak ada nasi walau gule wedusnya cuma kikil thok. Ah mbuh... memangnya sedang punya lebih untuk kurban? mohon didoaken.

6 Comments:

Anonymous Anonymous said...

nggiiih..tak doaken dapet rejeki berlimpah..dan tidak lupa untuk berkurban..saat ini cukup kurban perasaan dulu aja..

9:27 AM  
Anonymous Anonymous said...

matur nuwun mas...

1:04 PM  
Anonymous Anonymous said...

sampeyan meniko wong mbahrowo? kalo gitu silaken mampir ke banyubiru.blogsome.com

6:05 PM  
Blogger Iman Brotoseno said...

waktunya prihatin bangsa ini ya..
salam

9:15 PM  
Anonymous Anonymous said...

wah beras non OP juga Ono Pasire ... trus Ono Pemutihe .. wah wis, jaman edan

10:13 PM  
Anonymous Anonymous said...

Lha kalo ME, YZ, AR kan sudah ndak masalah sama beras...

7:17 PM  

Post a Comment

<< Home